Mitos !? Legenda Batu Marmer Berdarah: Cerita Mistis dari Perbukitan Karangjati

Bagikan
Di balik kemilau indah batu marmer yang kerap menghiasi lantai-lantai rumah mewah, tersimpan kisah kelam yang tak banyak diketahui orang. Di sebuah desa terpencil bernama Karangjati, Jawa Tengah, terdapat sebuah lokasi bekas tambang marmer yang kini terbengkalai. Warga sekitar menyebutnya "Watu Kramat", batu keramat yang tak boleh sembarangan diganggu.
"Menurut cerita turun-temurun, tempat itu dulu ramai oleh para penambang. Setiap hari, suara pahat dan palu menggema di antara tebing-tebing batu putih kekuningan. Namun, semuanya berubah pada suatu malam di tahun 1987, ketika seorang penambang bernama Pak Rono menemukan bongkahan marmer besar berbentuk seperti kepala manusia."
Merasa itu pertanda rezeki, Pak Rono segera membelah batu itu tanpa pikir panjang. Tapi saat pahatnya menghantam bagian tengah batu, terdengar jeritan aneh. Batu itu pecah, namun dari dalamnya mengalir cairan merah seperti darah. Teman-temannya mengira itu hanya ilusi karena terlalu lelah bekerja. Tapi keesokan harinya, Pak Rono ditemukan tewas dengan tubuh membiru dan mata membelalak ke langit.
Sejak saat itu, satu per satu para penambang mengalami kejadian aneh. Ada yang mendengar suara perempuan menangis dari dalam batu. Ada juga yang mengaku melihat sosok tinggi besar menjaga area tertentu di malam hari. Beberapa pekerja bahkan mengalami kerasukan dan menyebut nama-nama yang tak dikenal, seolah menyampaikan pesan dari alam lain.
Akhirnya, lokasi itu ditutup. Para sesepuh desa melakukan ritual dan memasang sesajen di bekas tambang. Warga percaya bahwa marmer di situ adalah "batu hidup" yang menjadi tempat bersemayamnya arwah para leluhur atau makhluk penunggu hutan yang terusik oleh aktivitas tambang.
Kini, hanya suara burung dan desir angin yang terdengar di bekas lokasi tersebut. Tapi sesekali, warga mengaku masih melihat cahaya samar dari dalam gua marmer—seperti lentera yang menyala, lalu padam dengan cepat.
Bagi sebagian orang, ini hanya mitos. Tapi bagi warga Karangjati, cerita ini adalah peringatan bahwa alam tak selalu bisa ditaklukkan, dan keindahan marmer yang kita nikmati hari ini mungkin berasal dari kisah yang jauh lebih gelap dari yang kita bayangkan.
Bagikan